aku juga jadi mau “Tapi bener Yan, aku jadi mau. Kamu mau gak ?” tanya
Rara. Aku cuma diam. “Kenapa Yan, aku kurang cantik
ya ? ato aku kurang seksi sampe kamu gak mau ?”
tanya Rara. “Bukan begitu Ra. Kamu tuh lagi mabok, belom sadar
bener. Pikiran kamu jadi kacau. Mendingan kita tidur aja
deh, dari pada ngelakuin sesuatu yang mungkin nanti
kita seselin besok pagi.” kataku. Rara mengangguk
kecil. “Ya udah, kita tidur. Tapi sebelum tidur aku boleh peluk
kamu gak ? Sekali aja..” tanya Rara. Aku memandangi
Rara kemudian memeluknya. Rara melingkarkan
tangannya dileherku sedang aku memeluk pinggang
langsing Rara. Paha Rara menjepit pahaku
diselangkangannya. “Ma kasih ya Yan, kamu selalu bantu aku kalo aku ada
masalah” kata Rara. “Iya, iya, sekarang kamu tidur
istirahat, biar pikiran kamu tenang besok” kataku
sambil mengelus-elus rambutnya. Kemudian aku
mengecup kening Rara. Pelukan Rara makin erat, aku
melanjutkan mengelus-elus rambutnya, kadang aku mengelus punggungnya. “Yan cium lagi dong” kata Rara. Aku mengecup
keningnya lagi. “Bukan disitu” kata Rara lagi. “Disini ?”
kataku sambil menunjuk pipinya, kemudian aku
mengecup pipi yang merona merah itu. “Bukan disitu”
kata Rara lagi sambil menutup mata dan memajukan
bibirnya. Wah si Rara bener-bener menguji imanku. Sebenarnya
aku dah nafsu banget dari tadi, tapi dalam hatiku aku
gak mau manfaatin cewek yang lagi gak 100% sadar. Aku kecup bibirnya. Tapi setelah kukecup Rara masih
menutup mata dan menyorongkan bibirnya ke aku. Aku
kecup sekali lagi, kali ini agak lama. Rara bereaksi
dengan ikut menghisap bibirku. Aku lepas ciumanku,
kemudian aku memandang Rara yang sedang
melihatku dengan penuh harap. Well… wtf lah, aku gak peduli lagi, akhirnya aku cium Rara dengan buas. Aku mencium Rara dengan menghisap bibir bawahnya,
Rara membalasnya dengan menghisap bibir bawahku.
Kadang-kadang aku masukkan lidahku ke mulutnya.
Awalnya Rara gak bereaksi, tapi lama-lama saat
lidahku masuk dia menghisap kencang, kadang-kadang
Rara gantian memasukkan lidahnya kemulutku. Selama ciuman, aku mengelus rambut Rara, kemudian
elusanku turun ke punggungnya, turun lagi ke
pinggangnya. Kemudian aku memberanikan diri untuk
meremas pantatnya. Rara melenguh kecil “Uhh….”
sambil menekan selangkangannya kearah
selangkanganku. Setelah beberapa kali mengelus bagian belakang
sampai meremas pantatnya, aku meremas dadanya.
Hmmm… payudara Rara mantap sekali. Besar sekali
dibandingkan dengan tubuhnya. “Hmm… Hgmmm..
Hgmmm” lenguh rara karena payudaranya diremas-
remas olehku, dengan tidak melepaskan ciumannya. Birahi memuncak saat meremas-remas sepasang
daging kenyal Rara. Kemudian aku mengelus punggung
rara kembali. Kali ini aku masukkan tanganku kedalam
kausnya dan mengelus punggungnya langsung dikulit.
Shit, ternyata Rara tidak pakai bra, pantas saja tadi
waktu payudaranya aku remas dari luar terasa kenya sekali. Saat aku mengelus-elus punggungnya, aku elus juga
bagian samping tubuhnya sehingga panggkal payudara
ikut terelus. Sepertinya Rara sangat menikmati
elusanku, kemudian dia memagang tanganku dan
mengarahkan tanganku agar meremas-remas
payudaranya. Gila, asik banget payudaranya. Payudaranya mancung kedepan dengan pentil yang
besar ! Aku sangat menikmati meremas-remas payudara Rara,
terkadang aku memainkan pentilnya. Sepertinya Rara
juga sangat menikmatinya, tubuhnya bergetar sambil
mengeluarkan lenguhan-lenguhan kecil
“Uggrhh….ugrh….” Pahaku yang dijepit diantara selangkangan sengaja aku
gesek-gesekkan ke memeknya supaya Rara makin
terangsang. Rara meresponnya dengan ikut menekan-
nekan memeknya lebih kuat ke pahaku. Kalau aku
berhenti menggesekkan pahaku, maka Rara
menggerak-gerakkan sendiri pinggulnya. Tangan kananku kembali meremas pantat Rara. Kali ini
aku masukkan tanganku ke celananya. Berhubung dia
pakai celana berkaret, aku dengan mudah
memasukkan tanganku. Ternyata Rara juga tidak
memakai celana dalam. Aku dengan mudah meremas
pantat bulat itu. Setiap aku meremas pantatnya, Rara makin menekan memeknya ke pahaku. Aku mencoba untuk memegang memeknya dari
belakang. Saat tersentuk, tubuh Rara seperti tersetrum,
sambil melenguh “Uhh….”. Hmmm… ternyata Rara
benar-benar terangsang, memeknya sudah sangat
basah. Sekarang aku memegang memeknya dari depan. Dan
mulai mengelus-elus bibir luar memek Rara yang sudah
banjir itu. Rara melepaskan ciumanku. Sekarang setiap
aku menggosok bibir luar vaginanya, rara memekik
kencang “Ohgh….Ohgh…. Ohgh…..”. “Enak yan, enak
banget. Kamu ngapain aku, kok enak banget sih” kata rara sambil merem melek. Dengan jari tengahku aku
mencari klentitnya, kemudian aku usap perlahan.
“Akhhh…” teriak Rara saat klentitnya aku usap.
Kemudian Rara menahan tanganku, sepertinya dia
tidak kuat kalau klentitnya diusap terus. Akhirnya aku telentangkan Rara. Kemudian aku
membuka kaos yang dikenakan Rara sehingga Rara
1/2 bugil sekarang.
Aku buka paha Rara lebar-lebar
dan aku tempatkan tubuhku diantara selangkangannya.
Sasaranku berikutnya adalah payudaranya. Sekarang
aku menjilati pentil payudara kanannya. Tubuh Rara begerak-gerak keenakan, sepertinya dia suka sekali
aku menjilati dan menghisap-hisap pentilnya. Kadang
Rara menyatukan kedua payudaranya agar lebih maju. Aku berhenti sebentar, memandangi Rara. Sebenarnya
aku ingin sekali membuka celana Rara dan menusuk-
nusuk memeknya dengan penisku. Tapi aku sedikit
ragu. “Yan, setubuhin aku dong, aku dah gak tahan nih” kata
Rara sambil memandangku penuh harap. Perkataan
Rara seperti menghapus keraguanku entah kemana.
Aku menari celana Rara dengan mudah, apalagi Rara
membantu dengan mengangkat pantatnya. Kemudian
aku berdiri, membuka kaos dan celanaku, shinga sekarang aku dan Rara sama-sama bugil. Sesaat aku memandang tubuh Rara. Badannya yang
langsing tinggi dibalut dengan kulit putih mulus,
ditambah payudara besar didadanya. Kakinya yang
panjang dan jenjang memiliki betis seperti bulis padi.
Aku ternganga sesaat apalagi saat melihat vaginanya
yang diliputi bulu hitam titis diantara pahanya yang sudah terbuka lebar. “Kok cuma diliatin ?” tanya rara. Aku terseyum
kemudian menempatkan tubuhku diantara
selangkangannya. AKu cium Rara sekali lagi, dia
membalasnya dengan cukup buas, kemudian ciumanku
turun ke payudara besarnya. Aku cuma mau
memastikan Rara cukup terangsang sebelum aku menembus memek perawannya. Sat mencium penisku
menggesek-gesek memeknya walaupun belum masuk. Aku posisikan tubuhku dan menuntun penisku ke
memeknya. “Ra, pertamanya sakit, tapi entar enak kok”
kataku. “Iya yan gue juga sering denger”. jawab Rara.
Aku mulai mendorong penisku kedalam memek Rara.
Rara hanya memandangku sambil menggigit bibirnya. Saat penisku sudah masuk 1/2 Rar memekik
“AKhh…sakit yan” . Aku berhentikan sebentar penisku.
Setelah selang beberapa saat aku goyang sedikit
penisku kemudian aku dorong lagi sampai full. “Aduh
yan sakit banget” kata Rara memelas. “Tenang Ra,
paling sakitnya sebentar, nanti juga enak” kataku menenangkan. “Enggak Yan, sakit banget, bisa elo
cabut dulu gak” pinta Rara sambil menahan sakit. Aku
juga gak tega melihatnya akhirnya aku cabut penisku.
Saat dicabut penisku diselimuti darah perawan Rara.
Dari vaginanya juga aku melihat darah mengalir.
Hmmm… memang lebih banyak daripada darah perawan yang pernah aku liat. “Yan kok berdarah sih ?” tanya Rara panik. “Itu
namanya darah perawan sayang. Selaput dara kamu
dah pecah” jawabku. “Aku mo kekamar mandi dulu
yan, mo bersihin dulu” kata Rara. Aku mengantarkan
Rara kekamar mandi dan menungguinya dari luar,
untuk memastikan Rara gak apa-apa. Setelah Rara keluar dari kamar mandi, vaginanya sudah
bersih. Tapi nafsuku sudah turun, sepertinya nafsu Rara
juga sudah turun. Akhirnya kami hanya rebahan saling
berdampingan, masih bugil. “Yan kok sakit banget ya” tanya Rara. “Iya lah Ra, itu
kan pertama kalinya kamu, memek kamu masih sempit
ditambah ada selaput dara” jawabku. “Masih mau lanjut
gak Ra ?” tanyaku pada Rara. “Mau yan, tapi pelan-pelan
ya” jawab rara. Akhirnya Aku tempatkan tubuhku diatas tubuhnya lagi.
Aku mulai menciumi tubuh rara. Dari bibirnya, pipi,
leher dan payudaranya. Aku seperti gak puas-puas
menciumi dan menjilati tubuh mulus yang masih sekel
itu. Kadang tanganku mengelus memeknya. Aku
memang tidak berencana mencium vaginanya, takutnya dia shock dan merasa jijik, bisa batal orgasme
malam ini Setelah Rara sudah cukup terangsang, aku arahkan
penisku ke vaginanya. Kali ini Rara tidak terlihat tegang
seperti waktu yang pertama. Aku dorong penisku
masuk. “Heghh..heghmm…” lenguh Rara saat penisku
masuk. Kali ini vaginanya tidak terlalu sulit dipenestrasi,
mungkin karena tidak tegang sehingga cairan vaginanya cukup. Aku dorong penisku sampai mentok.
Aku melihat ada sediki darah mengalir dari vaginanya,
mungkin sisa selaput daranya masih ada yang belum
pecah. Aku goyang perlahan penisku, tubuh Rara terguncang
sedikit, rara masih menggigit bibirnya. Goyanganku aku
percepat sedikit, nikmat sekali memek Rara. Sangking
sempitnya serasa penisku terhisap kuat oleh
vaginanya. Aku percepat goyanganku, sekarang Rara mulai
melenguh, “Akh…Akh…Akhhh…” seirama dengan
keluar masuknya penisku di vaginanya. “Lagi yan..Lagi
yan..Lagi” desahnya sambil memegangi pantatku
seakan ingin menekannya terus. “Gila Ra, memek kamu enak banget, sempit banget”.
kataku. “Penis kamu juga keras banget yan, enak…”
jawab Rara disela-sela lenguhannya. Aku memang tidak berniat untuk memakai gaya lain.
Untuk pertama kalinya Rara cukup pakai gaya
konvensional, laki-laki diatas. Dengan demikian aku
bisa ngontrol tusukan penisku kedalam memeknya.
Aku tusuk perlahan memek Rara, kadang aku percepat.
Kadang aku berhenti sesaat kemudian aku tusuk dengan keras. Kadang aku tusuk kearah samping. Tiba-tiba tubuh Rara sedikit menegang, sepertinya dia
ingin orgasme. Aku percepat goyanganku, soalnya aku
mau orgasme sama-sama. Kalo sama yang perawan
kadang gak mau terus kalo dia udah orgasme, cepek
katanya. “Ahhh…Akhh….Aghkhh..” pekikan Rara makin
keras seiring dengan makin cepatnya tusukan penisku. “Lagi sayang…lagi…lagi..” pekik Rara. Akupun merasa
aku sedikit lagi akan orgasme.
Tiba-tiba tubuh rara
menegang dan terguncang hebat sambil berteriak
“AKHHHH….” rara mendekapku erat dan melingkarkan
kakinya di tubuhku, Aku pun sudah tidak kuat lagi, tapi
aku gak bisa melepaskan tubuhku dari Rara. Akhirnya aku nekat, aku tekan penisku dalam-dalam dan aku
tembakkan spermaku ke rahim Rara 5 atau 6 kali. Aku
puas sekali menggagahi Rara komplit, dari merawanin
sampai orgasme didalam memeknya. Setelah beberapa lama akhirnya penisku mengecil dan
rara melepaskan dekapannya. “Gila enak banget,
pantes banyak yang ketagihan” Kata rara setelah
rebahan disebelahku. Akhirnya Rara pulang kejakarta hari minggu sore. Aku
dan Rara beberapa kali mengulangi persetubuhan kami
disela-sela aku dan Rara jalan-jalan di Bandung, atau
lebih tepatnya aku dan Rara jalan-jalan disela-sela